Latar Belakang Keanggotaan dan Tujuan Kerja Sama BRICS.
Latar Belakang Keanggotaan dan Tujuan Kerja Sama BRICS.
Pendahuluan.
Dalam lanskap geopolitik dan
ekonomi global abad ke-21, BRICS telah muncul sebagai salah satu kekuatan
paling signifikan yang menantang tatanan dunia yang telah lama didominasi oleh
negara-negara maju Barat. Akronim yang awalnya diciptakan sebagai istilah
ekonomi ini telah berevolusi menjadi sebuah forum geopolitik yang kohesif dan
semakin berpengaruh. Analisis komprehensif ini akan menguraikan latar belakang
historis dan kontekstual yang melatarbelakangi pembentukan BRICS, perkembangan
keanggotaannya yang terus meluas, serta tujuan-tujuan strategis yang mendasari
kerja sama di antara negara-negara anggotanya. Dengan memeriksa setiap aspek
secara mendetail, kita dapat memahami bagaimana dan mengapa kelompok ini telah
menjadi poros penting dalam tata kelola global dan apa implikasinya bagi masa
depan tatanan internasional.
1. Latar Belakang Historis dan Kontekstual Pembentukan BRICS.
Pembentukan BRICS tidak terjadi
dalam ruang hampa, melainkan merupakan produk dari pergeseran struktural dalam
ekonomi global dan ketidakpuasan terhadap tatanan dunia yang ada.
Asal-usul Konseptual:
"BRIC" dari Goldman Sachs: Kisah BRICS dimulai bukan sebagai aliansi
politik, tetapi sebagai sebuah konsep investasi. Pada tahun 2001, ekonom Jim
O'Neill dari Goldman Sachs menciptakan akronim "BRIC" untuk merujuk
pada empat ekonomi pasar berkembang besar Brazil, Russia, India, dan China yang
diprediksi akan mendominasi pertumbuhan ekonomi global pada abad ke-21. Laporan
tersebut menyoroti potensi demografis, sumber daya alam, dan momentum reformasi
ekonomi keempat negara ini. Meskipun pada awalnya hanya sebuah konstruksi
analitis finansial, konsep ini memberikan kerangka intelektual yang powerful
yang kemudian diadopsi oleh negara-negara itu sendiri.
Transisi dari Konsep ke Kelompok
Politik: Menyadari kesamaan kepentingan strategis mereka, keempat negara BRIC
memulai proses untuk mentransformasikan konsep ekonomi menjadi sebuah kelompok
politik yang nyata. Pertemuan tingkat menteri luar negeri pertama terjadi pada
tahun 2006 di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB. Proses ini memuncak dalam KTT
resmi pertama BRIC di Yekaterinburg, Rusia, pada tahun 2009. Langkah ini
merupakan respons langsung terhadap Krisis Keuangan Global 2008, yang secara
telak mengguncang kredibilitas negara-negara G7 dan model tata kelola ekonomi
global yang mereka pimpin. Krisis tersebut membuktikan bahwa negara-negara
berkembang besar memiliki ketahanan dan peran yang krusial dalam menstabilkan
ekonomi dunia, namun mereka tidak memiliki suara yang memadai dalam
institusi-institusi seperti IMF dan Bank Dunia.
Ekspansi dan Inklusi Afrika
Selatan: Sebuah perkembangan pivotal terjadi pada tahun 2010 ketika Afrika
Selatan diundang untuk bergabung, mengubah BRIC menjadi BRICS. Penambahan huruf
'S' ini bersifat strategis. Afrika Selatan mewakili pintu gerbang ke benua
Afrika, yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki potensi pertumbuhan
ekonomi yang besar. Inklusi ini memberikan kelompok tersebut representasi
geografis yang lebih luas meliputi Amerika Selatan, Eropa Timur, Asia Selatan,
Asia Timur, dan sekarang Afrika serta memperkuat klaimnya sebagai suara bagi
"Global South" atau "Dunia Selatan."
2. Evolusi dan Ekspansi Keanggotaan BRICS.
Keanggotaan BRICS telah menjadi
topik yang paling dinamis dan banyak dibicarakan, terutama menyusul keputusan
untuk melakukan ekspansi besar-besaran pada tahun 2023.
Anggota Pendiri (2009-2010): Lima
anggota pendiri membentuk inti dari kelompok ini selama lebih dari satu dekade.
Brazil: Sebagai kekuatan
terkemuka di Amerika Latin, Brazil membawa kekayaan sumber daya alam, sektor
pertanian yang kuat, dan diplomasi yang berpengaruh.
Russia: Sebagai mantan kekuatan
super dan pemasok energi utama, Rusia memberikan bobot geopolitik, keahlian
militer, dan pengaruh di ruang pasca-Soviet.
India: Dengan demografi yang muda
dan ekonomi yang tumbuh pesat, India mewakili kekuatan tenaga kerja dan
teknologi, serta demokrasi terbesar di dunia.
China: Sebagai ekonomi terbesar
kedua di dunia, China adalah mesin pertumbuhan kelompok, pemasok modal, dan
kekuatan manufaktur global.
Afrika Selatan: Sebagai ekonomi
yang paling maju di Afrika, Afrika Selatan bertindak sebagai perwakilan untuk
seluruh benua Afrika dan penjaga sumber daya mineralnya.
Ekspansi Sejarah 2023-2024: Pada
KTT ke-15 di Johannesburg pada Agustus 2023, BRICS membuat keputusan bersejarah
untuk mengundang enam negara baru, yang resmi bergabung pada 1 Januari 2024.
Ekspansi ini secara dramatis mengubah peta geopolitik kelompok.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab,
Iran, dan Mesir: Keanggotaan keempat negara Timur Tengah dan Afrika Utara ini
mengubah BRICS menjadi kekuatan sentral dalam geopolitik energi global.
Kelompok ini sekarang mencakup produsen minyak terbesar di dunia, yang
memberikan leverage yang signifikan dalam ekonomi global yang digerakkan oleh
energi.
Ethiopia: Sebagai salah satu
ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di Afrika dan pusat politik Uni Afrika,
Ethiopia mewakili suara untuk Afrika Sub-Sahara di luar Afrika Selatan.
Argentina (awalnya menerima
undangan, namun membatalkan keanggotaannya pada Desember 2023 di bawah
kepresidenan Javier Milei): Undangan awal kepada Argentina menunjukkan
keinginan BRICS untuk memperdalam pengaruhnya di Amerika Selatan.
Dinamika dan Kriteria
Keanggotaan: Ekspansi ini mencerminkan beberapa tujuan: pertama, untuk
memperluas pengaruh ekonomi dan politik blok; kedua, untuk menciptakan jaringan
yang lebih padat di antara negara-negara penghasil komoditas; dan ketiga, untuk
menawarkan alternatif nyata dari blok Barat. Meskipun tidak ada kriteria
keanggotaan yang ketat, faktor-faktor seperti ukuran ekonomi, pengaruh
regional, dan keselarasan strategis yang longgar dengan tujuan inti BRICS
tampaknya menjadi pertimbangan. Ekspansi ini juga tidak tanpa tantangan, karena
memperkenalkan keragaman kepentingan yang lebih besar dan potensi perpecahan
internal, misalnya antara rival geopolitik seperti Arab Saudi dan Iran.
3. Tujuan-Tujuan Strategis Kerja Sama BRICS.
Kerja sama dalam BRICS didorong
oleh serangkaian tujuan yang saling terkait, yang dapat dikelompokkan ke dalam
tiga pilar utama: reformasi tata kelola global, peningkatan kerja sama
intra-BRICS, dan pembangunan alternatif kelembagaan.
Reformasi Tata Kelola Global dan
Multilateralisme yang Inklusif: Ini adalah tujuan pendiri dan yang paling
sering dinyatakan oleh BRICS. Kelompok ini secara kolektif menentang apa yang
mereka lihat sebagai hegemoni Barat dan ketimpangan dalam tatanan
internasional.
Reformasi Institusi Keuangan
Global: BRICS secara konsisten menyerukan reformasi Kuota dan tata kelola di
International Monetary Fund (IMF) dan World Bank untuk memberikan hak suara
yang lebih besar kepada negara-negara ekonomi berkembang yang sesuai dengan
kontribusi dan bobot ekonomi mereka yang sebenarnya. Kebuntuan dalam reformasi
ini adalah salah satu katalis utama bagi BRICS untuk membangun institusinya
sendiri.
Multilateralisme yang Inklusif:
BRICS menganjurkan sebuah sistem di mana keputusan global tidak didominasi oleh
segelintir negara maju, tetapi melibatkan partisipasi yang lebih luas dan
setara dari semua negara. Mereka menentang politik blok, unilateralisme, dan
sanksi yang mereka anggap sewenang-wenang.
Penguatan Kerja Sama Ekonomi dan
Keuangan Intra-BRICS: Untuk mengurangi ketergantungan pada sistem Barat, BRICS
secara aktif membangun institusi dan kerangka kerja mereka sendiri.
New Development Bank (NDB):
Didirikan pada tahun 2014 dengan modal awal $50 miliar, NDB (sering disebut
"Bank BRICS") adalah pencapaian kelembagaan yang paling konkret.
Tujuannya adalah untuk memobilisasi sumber daya untuk proyek-proyek
infrastruktur dan pembangunan berkelanjutan di negara-negara BRICS dan other
emerging economies, sebagai alternatif dari World Bank dan IMF.
Contingent Reserve Arrangement
(CRA): Juga dibentuk pada tahun 2014, dengan komitmen awal $100 miliar, CRA
berfungsi sebagai jaringan pengaman finansial. Ini memungkinkan anggota untuk
mendapatkan bantuan likuiditas selama krisis neraca pembayaran, memberikan
alternatif dari program-program penyesuaian struktural IMF yang sering
dikaitkan dengan kondisi ketat.
Perdagangan dalam Mata Uang
Lokal: Menyusul sanksi finansial terhadap Rusia dan kerentanan yang terpajan
melalui sistem dolar AS, BRICS semakin gencar mendorong penggunaan mata uang
lokal dalam perdagangan dan transaksi keuangan antar mereka. Ini bertujuan
untuk "dedolarisasi" yang gradual, mengurangi biaya transaksi, dan
memitigasi risiko geopolitik yang terkait dengan ketergantungan pada dolar.
Kerja Sama Politik dan Keamanan
yang Diperluas: Meskipun awalnya fokus pada ekonomi, dimensi politik dan
keamanan BRICS telah menguat.
Koordinasi di Forum
Internasional: Anggota BRICS secara teratur melakukan konsultasi dan
berkoordinasi pada isu-isu global di PBB, G20, dan forum lainnya. Hal ini
memungkinkan mereka untuk mendorong posisi bersama pada topik-topik seperti
terorisme, perubahan iklim, dan perdamaian dunia.
Keamanan Siber dan Kedaulatan
Teknologi: Dalam menghadapi dominasi teknologi Barat, BRICS berupaya untuk
berkolaborasi dalam standar teknologi, keamanan siber, dan pengembangan
kemampuan digital yang otonom.
Kerja Sama Pembangunan dan Teknologi:
BRICS juga berfokus pada kolaborasi di bidang-bidang yang menjadi penentu masa
depan.
BRICS Vaccine R&D Center:
Didirikan sebagai respons terhadap pandemi COVID-19, pusat ini bertujuan untuk
meningkatkan kolaborasi dalam penelitian kesehatan dan pengembangan vaksin,
menekankan pentingnya kemandirian dalam kesehatan global.
Kerja Sama Ruang Angkasa:
Negara-negara anggota dengan kemampuan luar angkasa yang mapan (Rusia, China,
India) berkolaborasi dalam penelitian iklim, navigasi satelit, dan eksplorasi
luar angkasa.
Kesimpulan.
BRICS telah menempuh perjalanan
yang luar biasa dari sebuah akronim di laporan investasi bank menjadi sebuah
forum geopolitik yang semakin terinstitusionalisasi dan diperhitungkan. Latar
belakang pembentukannya berakar pada redistribusi kekuatan ekonomi global dan
aspirasi kolektif untuk memiliki suara yang lebih besar dalam tata kelola
dunia. Ekspansi keanggotaannya yang baru mencerminkan daya tarik yang terus
berkembang dari narasi alternatifnya dan keinginan banyak negara untuk
mendiversifikasi aliansi mereka di dunia yang semakin multipolar.
Tujuan-tujuan BRICS mulai dari
mereformasi sistem multilateral hingga membangun alternatif kelembagaan seperti
NDB dan mendorong perdagangan dalam mata uang local secara kolektif ditujukan
untuk menciptakan arsitektur internasional yang lebih adil, inklusif, dan
reflektif terhadap realitas abad ke-21. Meskipun menghadapi tantangan internal,
seperti perbedaan politik, persaingan ekonomi (terutama antara India dan
China), dan kompleksitas mengelola kelompok yang lebih besar, momentum BRICS
tampaknya akan terus berlanjut.
Pada intinya, BRICS bukanlah
sebuah aliansi militer atau blok yang kohesif seperti Uni Eropa. Ia adalah
sebuah platform bagi kerja sama strategis di antara kekuatan-kekuatan utama
Dunia Selatan yang berbagi ketidakpuasan yang sama terhadap status quo.
Keberadaan dan evolusinya yang terus berlanjut merupakan tanda yang paling
jelas dari pergeseran kekuatan global yang sedang berlangsung, menandai
transisi dari dunia yang didominasi oleh satu atau dua kekuatan menuju tatanan
yang lebih terfragmentasi, kompleks, dan multipolar di mana berbagai pusat
kekuatan akan bersaing dan bekerja sama untuk membentuk masa depan.
.webp)
Posting Komentar untuk " Latar Belakang Keanggotaan dan Tujuan Kerja Sama BRICS."